Thursday, 20 October 2016

Kartel Ayam

Status : Draft

Berikut adalah pengalaman dari Budhiana Kartawijaya tentang dampak dari Kartel Ayam :

Saya pernah jadi peternak ayam namun gulung tikar. Harga bibit ayam (day-old-chicken) atau DOC fluktuatif dan harus dibeli tunai. Pakan dan obat2an bisa dikredit dan dibayar saat panen 35 hari ke depan. Tapi saat panen itulah saya was was! Sebab kita tidak akan pernah tahu harga jual. Yang pasti harga jual itu selalu tidak menyenangkan karena tidak sepadan dengan usaha keras. Per seribu ekor, setelah dipotong biaya pakan dan obat, paling besar "keuntungannya" cuma rp 1 juta. Pernah cuma dapat 100 ribu. Padahal menjaga ayam itu ribet. Kita kerap begadang. Telinga dan mata harus tajam. Bila mendengar atau melihat seekor yg sakit, anak ayam itu mesti dikeluarkan segera, karena penyakit bisa menular dlm hitungan menit. Kalau sudah begitu, maka setiap anak ayam itu harus ditetesi vaksin di kedua matanya. Bayangkan, 1000 ekor setiap kandang. Kalau punya lebih dari satu kandan? Ya begadanglah. Nah dengan uang seupil itu saya harus bayar upah. Sementara kartel sudah mengantongi uang dari: penjualan DOC, pakan dan obat2an. Dan...dia dapat daging murah. Saya dan petani-petani itu cuma jadi buruh ternyata...

Makanya kalau makan ayam di KFC atau di warteg, selalu ingat kepada para petani yang begadang itu. The cartel suck their blood! Kartel ini penghisap darah dan keringat!

Mari kembali ke desa. Budidayakan ayam kampung!


Referensi


  1. KPPU Denda 11 Perusahaan Rp 119,8 Miliar Terkait Kartel Ayam, http://bisnis.liputan6.com/read/2626234/kppu-denda-11-perusahaan-rp-1198-miliar-terkait-kartel-ayam

No comments:

Post a Comment